Tuesday, October 10, 2017

Buku Suplemen 1 Farmakope Indonesia Edisi IV

manohara-and-the-prince.blogspot.co.id | Buku Suplemen 1 Farmakope Indonesia Edisi IV merupakan buku resmi yang dikeluarkan oleh hukum yang memuat segala hal mengenai pembuatan obat dan standarisasinya serta syarat-syarat pembuatannya. Syarat tersebut berhubungan dengan kadar kemurnia, resep sediaa farmasi, identitas, dan masih banyak lagi. Setiap negara memiliki buku farmakope nasionalnya sendiri, termasuk Indonesia. Walau WHO sudah menerbitkan buku Farmakope Internasional, setiap negara tetap masih menggunakan farmakope nasionalnya.

Buku Suplemen 1 Farmakope Indonesia Edisi IV

Buku Suplemen 1 Farmakope Indonesia Edisi IV merupakan hasil revisi terbaru buku farmakope yang dimiliki Indonesia. Buku farmakope ini ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan pada tanggal 27 Januari 2010. Penetapan buku ini pun berdasarkan Keputusan kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor: HK.03.01/MENKES/150/I/2010. Lalu, apa saja isi dari buku farmakope termasuk farmakope Indonesia tersebut?

Isi buku farmakope secara umum termasuk isi buku Suplemen 1 Farmakope Indonesia Edisi IV adalah sebagai berikut.
1. Ketentuan Umum atau General Notice. Pada bagian ini berisi ketentuan-ketentuan yang berlakuk yang berhubungan dengan farmakope yang bersangkutan.
2. Monografi atau Monographi. Pada bagian ini berisi uraian, persyaratan, pegujian potensi dan juga pengujian mutu.
3. Lampiran atau Apendix. Pada bagian ini berisi lampiran mengenai daftar larutan pereaksi, alat, cara pengujian, dan masih banyak lagi.
4. Indeks atau Index. Pada bagian ini berisi indeks yamg termuat di dalam buku farmakope yang bersangkutan.
Buku farmakope Indonesia mengalami beberapa revisi sampai pada akhirnya sampai pada buku Suplemen 1 Farmakope Indonesia Edisi IV. Sebelumnya ada beberapa revisi buku farmakope. Revisi tersebut di antaranya sebagai berikut.
1. Buku farmakope Indonesia pertama yang terbit pada tanggal 20 Mei 1962 berjudul Farmakope Indonesia I Jilid I.
2. Terbit tanggal 20 Mei 1965 berjudul Farmakope Indonesia I Jilid 2.
3. Terbit tanggal 20 Mei 1966 berjudul Formularium Indonesia atau FOI.
4. Terbit tanggal 1 April 1972 berjudul Farmakope Indonesia Edisi 2.
5. Terbit tanggal 1 April 1974 berjudul Ekstra Farmakope Indonesia.
6. Terbit tanggal 12 November 1978 berjudul Formularium Nasional.
7. Terbit tanggal 9 Oktober 1979 berjudul Farmakope Indonesia III.
8. Terbit tanggal 5 Desember 1995 berjudul Farmakope Indonesia IV.
Itulah nama judul buku farmakope Indonesia dari edisi pertama sampai pada edisi IV dengan penetapan Suplemen I tahun 2010. Sebagai catatan, sebelum Indonesia memiliki buku farmakopenya sendiri, Indonesia menggunakan buku farmakope Belanda.
Demikianlah pembahasan mengenai buku Suplemen 1 Farmakope Indonesia Edisi IV. Semoga pembahasan dalam artikel ini bisa memberikan pengetahuan tambahan dan informasi yang bermanfaat untuk pembaca. Terima kasih dan semoga bermanfaat.

Tuesday, June 9, 2009

DAISY FAJARINA BURONAN PRANCIS

Dengar-dengar berita infotainment nih, katanya Daisy Fajarina ibundanya Manohara itu BURONAN. (Wanted dooong…). Kasusnya nggak tanggung-tanggung, pelecehan seksual terhadap pembantu rumah tangga yang kebetulan juga berwarganegara Indonesia. Akibat perbuatannya ini, Daisy diancam 18 bulan penjara. Tapi Daisy sama sekali tidak menjalani hukuman itu dan malah katanya tidak menghadiri persidangan kasus itu. Nah, jadi bingung nih… Kabar miring sebelumnya kan diberitakan suaminya Daisy yang melakukan penipuan sehingga berujung dengan dijebloskannya lelaki Prancis ini ke penjara di Nice-Prancis?

Kilas balik aja nih, kemarin kan diberitakan bahwa Daisy telah menghubungi Laskar Merah Putih untuk mengadakan daisydemonstrasi di depan Kedubes Malaysia, nah ketika aksi yang sudah direncanakan itu direalisasikan di lapangan, justru Daisy yang menghilang dengan alasan ingin beristirahat sejenak dari perjuangannya. Apa ini ada hubungannya dengan kasus yang sedikit-demi sedikit terkuak ke permukaan tentang kriminalitas yang dilakukan Daisy di Prancis? Apa itu juga yang membuat Daisy memboyong kedua putrinya kembali ke Indonesia demi sekedar menghilangkan jejak?

Surat pernyataan keterlibatan Daisy pada kasus pelecehan itu dibeberkan oleh Ichsan (kerabat kerja kerajaan Kelantan)mempertontonkan surat pernyataan dari pengadilan Prancis itu di media massa. Dikatakan disitu bahwa pengadilan Prancis tengah mencari Daisy Fajarina untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dan bagi siapa saja yang mengetahui keberadaan Daisy, diminta untuk menghubungi atau mengembalikannya ke Prancis untuk menjalani hukuman sesuai dengan Undang-Undang Negara itu. Sayang banget, disitu nggak ada tertulis, “Bagi siapa yang menemukan wanita ini akan diberi imbalan sebesar sekian euro……” – Hihihi…..

Trus ada yang baru lagi nih, tentang isi smsyang dikirimkan oleh Tengku Fakhry (sekitar sebulan yang lalu) yang ditujukan untuk isteri tercintanya Manohara. Isi sms tersebut sampai dibeberkan di internet. Menurutku sih ini norak. Pertama foto-foto mesra dan sekarang isi sms, tapi Manoharanya nggak nongol-nongol?! Jelas aja banyak pihak yang menyangsikan, dan ada benarnya juga bahwa foto-foto senyum dan kemesraan itu bisa saja rekayasa, begitu juga sms. Aneh, katanya hal-hal privasi kerajaan nggak boleh dipublikasikan ke publik, kok sms mesra Tengku sampe di blog di internet ya? Oya, isi pesan singkat itu tentang curahan hati Tengku kepada Mano sekaligus kekecewaannya kepada istri tercintanya ini.

Nah pembelaan Ichsan, sms itu memang orisinil dikirim dari Tengku, katanya “Tengku memang sangat menyayangi Manohara, keluarga Kerajaan Kelantan sangat menyayangi Manohara, rakyat Kelantan-pun sangat menyayangi Manohara” – Ya-iyalah Pak…

Selain fakta tentang Daisy yang ternyata seorang BURONAN dan isi sms Tengku Fakhry yang terlalu berlebihan, masih ada hal lain. Tentang foto-foto Daisy pada saat dugem dengan kedua putrinya. Mendengar hal ini, Daisy melakukan pembelaan diri “Ya daripada saya biarkan mereka dugem sendiri tanpa pengawalan?!”(Duile…).

Menanggapi pernyataan tentang penampilannya yang berubah drastis (dari junkies berubah jadi alim) Daisy lagi-lagi dengan judesnya menjawab, “Laki-laki aja banyak kok yang merubah penampilannya jadi perempuan….” (….nyambung nggak ya?)

Nah sewaktu dimintai komentarnya tentang pembeberan surat pengadilan yang dilakukan Ichsan di depan publik, Daisy dengan sikap menantang menjawab begini, “Dia benar-benar sengaja ingin mempermalukan saya. Untuk ini saya mengucapkan banyak terima kasih. Tapi bukan berarti ini akan menghentikan perjuangan saya, justru kalau sudah begini niat perang saya makin bertambah, dia sudah menabuh genderang perang” (Lho… emang selama ini nggak perang, bu?)

Masa lalu Daisy yang kini mencuat ke publik sedikit demi sedikit akhirnya dipertanyakan dan menimbulkan keraguan. Nggak ada asap kalau tidak ada api, betulllll…. ? Nah pertanyaannya, siapa sebenarnya yang terlebih dulu menyalakan api? Daisy atau Tengku Fakhry? Selama ini hanya Daisy aja yang cuap-cuap, gaya menghimpun massa tapi menghilang pada saat aksi berlangsung dengan alasan ingin beristirahat sejenak. Eh nggak berapa lama muncul surat pernyataan dari pengadilan Prancis tentang kasus Daisy. Istirahat sejenak apa sembunyi sejenak bu?

Ada baiknya sih pemerintah lebih memfokuskan perhatian pada kasus kematian David Hartanto Widjaya, mahasiswa yang dituduh membunuh ternyata dibunuh di Nanyang University – Singapura. Kalau kasus ini terungkap dan hasil penelitian David bisa dikembangkan, justru akan menaikkan nama dan martabat bangsa kan? Soalnya dia kan dibunuh karena dosennya ingin menguasai hasil penelitian kamera pengintai 3 dimensinya itu. Atau kasus Antasari Azhar yang katanya terlibat kasus cinta segitiga sekaligus pemicu terjadinya pembunuhan. Benar nggak AA yang mengatur dan merencanakan pembunuhan itu? Itu yang lebih pantas diusut tuntas soalnya sudah menyangkut nyawa.

source: seasonalrecord.wordpress.com

RI demands KL explain ban on anxious mother

The Indonesian government is demanding an explanation from Malaysian as to why an Indonesian woman was denied entry to see her daughter whom she claims is being abused by her husband of Malaysian royalty.

Daisy Fajarini said Malaysian immigration authorities denied her entry in March without explanation when she arrived in Kuala Lumpur from Jakarta. She claimed she was forced to return to Jakarta on the same day.

She said the immigration officers on duty told her they only took orders from their superiors. "I had to immediately return to Jakarta or I had to remain in a detainment room. I had no choice than to return to Jakarta that same day."

She said she arrived in Kuala Lumpur to see her daughter Manohara Odelia Pinot Manohara, a 17-year-old Indonesian model married to Tengku Temenggong Mohammad Fakhry, prince of the Kelantan state.

Daisy claimed her daughter had been ill-treated by the prince since they were married in August last year and moved to Malaysia. She has sought the foreign ministry's help to contact her daughter after since being denied entry on March 19.

Foreign ministry spokesman Teuku Faizasyah said in Jakarta on Thursday that the Malaysian government had made a "positive gesture" in offering to facilitate a meeting between Daisy and the prince.

"What we are doing at the moment is trying to arrange for her to visit Malaysia," Faizasyah said. "Because it's a family affair, we hope they will try to solve the spat among themselves first."

A spokesman for the Indonesian embassy in Kuala Lumpur, Widyarka Ryananta, said that the Malaysian government had not yet responded to a request sent on April 17 for clarification about Daisy's entry ban. "We will help any Indonesian citizen having problems in Malaysia in any way we can," he said.

Dewi, Manohara's sister who accompanied Daisy to Kuala Lumpur, said her mother had never before had an issue entering Malaysia. She added that in March immigration officers also refused a doctor's statement which explained her mother wasn't fit to fly that day.

News about the dispute involving the royal family and the alleged domestic violence inflicted against Manohara has made headline news across Indonesian newspapers.

Daisy said the last time she communicated with Manohara was on March 21, when her daughter was crying and could not control herself.

"And we have not been able to contact her since. Whenever we call they refuse to allow Manohara to speak with me," she said.

Dewi said her sister was being abused by her husband, claiming that Manohara once told her that her husband was treating her "with no respect as a wife."

Dewi quoted Manohara as saying, "He treats me like a statue that he thinks he can bring to ceremonies". (iwp)

source: The Jakarta Post  

Manohara Odelia Pino says prince raped her

A TEENAGE model has returned to her family in Indonesia with tales of abuse, rape and torture at the hands of a Malaysian prince, after her dramatic escape with the help of Singapore police.

Manohara Odelia Pinot, 17, said she was treated like a sex slave after her marriage to Tengku Temenggong Mohammad Fakhry, the prince of Malaysia's Kelantan state, last year.

Her mother, Daisy Fajarina, said she would press charges against the prince and blamed the Malaysian and Indonesian governments for trying to cover up the abuse.

"The things I've been afraid of were revealed to be true. Manohara has suffered physical abuse. She's got several razor cuts on her chest," Ms Fajarina said.

"I will sue him. No parent could be silent if their child was treated in such a barbaric way."

The Malaysian Government had ignored her pleas for access to her daughter and had blocked her from entering the country, she said, while the Indonesian embassy had said that Manohara was fine with her new husband.

But the young woman - a well-known socialite in Jakarta - said her life at the royal palace involved a "daily routine" of rape, abuse, torture and drug injections which made her vomit blood.

"I am still traumatised by all that happened and it has left an impact on me," she said in Jakarta yesterday, after escaping the royal family during a trip to Singapore over the weekend.

"Sexual abuse and sexual harassment were like a daily routine for me, and he did that every time I did not want to have sexual intercourse," she was quoted as saying in The Jakarta Globe.

"I could never think a normal man could do such things," she said, adding: "Some parts of my body were cut by a razor."

She said she was forced to pretend she was happy with the prince and to attend social functions with him as his happy young bride. 

"Every time I went for events they forced me to smile and would torture me if I did not do what they said," she said.

She said she secretly called Singaporean police and pleaded for help after the royal family took her to the city state when they accompanied Mr Fakhry's father, Sultan Ismail Petra Shah II, for medical treatment.

A spokesman for the Indonesian foreign ministry said the Government would help Manohara if she wanted to file charges against her husband.

She has already filed for divorce.

There has been no comment from the Kelantan royal family or the Malaysian Government.